Senin, 29 Desember 2014

FF LOVE DUST part 1



@Sunday, 2013 February 3rd 
Spring in Sunday, hari ini minggu yang cerah. Aku putuskan untuk pergi ke taman menenangkan diri dari berbagai kepenatan yang ku dapat akibat bekerja penuh beberapa minggu terakhir. Yah, belakangan ini aku diharuskan menghabiskan sebagian besar waktuku untuk membawakan lagu-lagu pengisi soundtrack drama. Cukup melelahkan memang bagi otak ini, tapi apa boleh buat? Toh ini juga tuntutan profesi, aku sangat menikmati.

            Aku duduk di sebuah bangku taman di bawah pohon mapple. Menikmati setiap hembusan sepoi-sepoi angin lalu. Menenangkan.. Tiba-tiba ada sepasang tangan mungil
menyergap di bagian mataku dari arah belakang
“Yakk!! Na~ya!! Aku tahu ini pasti kau! Lepaskan!!”
“Ahh!! Bagaimana kau bisa tahu?”
“Jelas saja, aku bisa mengetahui hanya dengan mencium aroma parfum mu, aroma ini.. Aku suka.”
“Benarkah? Kalau begitu aku takkan berganti parfum lagi.” Dia bergegas mengambil bagian di sebelah tempat dudukku saat ini.


“Itu lebih baik.”
“Hemm.. Saengil Chukka Hamnida, Kyuhyun-a~!” Katanya sambil menyodorkan sebongkah kue cantik berlapiskan dark-chocolate dan vanilla ke arahku. Aku bahkan tak menyadari bahwa dari tadi dia membawa kue itu bersamanya.
“Wahh, sepertinya kue yang lezat? Apa kau buat sendiri? Ahh~ mana mungkin! Kau kan tidak bisa memasak! Hahha..” Tawaku lebar setelah sukses membuatnya sedikit jengkel.
“Iya, aku berjanji akan secepatnya belajar memasak!”
“Kalau namja tidak bisa memasak itu tak akan berpengaruh. Tapi mana mungkin yeoja tidak bisa memasak?? Itu M.E.M.A.L.U.K.A.N! Hahha~” cibirku kemudian.
“Yakkk!!! Hentikan atau aku akan pergi dari sini!!” Kurasa dia benar-benar marah saat ini, kulihat dia beranjak bangkit dari tempat duduknya dan bergegas pergi dari tempat ini. Akan tetapi belum sampai satu langkah ia pergi aku sudah berhasil meraih lengan kirinya, membuatnya berhenti dan mematung sejenak di tempat ia berdiri.
“Kumohon.. jangan pergi. Tetaplah di sini..” Dia terlihat menghela nafas panjang sebelum memutuskan untuk kembali ke tempat duduknya.
“Hemm.. Baiklah, cepat tiup lilinnya! Dan.. katakan permohonanmu.”
“Baiklah..”
Aku tiup semua lilin dan mengajukan seluruh permohonanku. Kau tahu? Aku hanya berdo’a semoga gadis ini, gadis yang berada di sebelahku saat ini akan selamanya berada di sisiku. Bersama-sama melewati sisa hidup kami. Dalam susah maupun senang, dalam kegelisahan ataupun kebahagiaan. Aku bersyukur Tuhan telah mengirimkan gadis sesempurna ini ke dalam hidupku. Aku tak ingin kehilangan dia walaupun hanya tiga detik.
“Kau mau potongan pertama?”
“Tentu saja.. AAA..” dia terlihat antusias dan segera membuka mulutnya untuk menerima suapan dariku.
“Kau manja sekali!”
“Hanya kali ini, boleh kan? Sini, sekaran giliranmu mendapat suapan dari ku. Buka mulutmu!”
Aku membuka mulut lebar-lebar menerima suapan sepotong kue darinya.
“..ini enak bukan? Kau menyukainya? Aku ak¨¨ ”
            Aku tak lagi menangkap kata yang terakhir ia ucapkan, mataku dan fikiranku tertuju pada sesuatu yang mengalir di bagian wajahnya.
“..Na~ya! Apa itu? Aigoo~ kau berdarah?”
“Hahh?..”
“Iya, kau berdarah lagi. Sini, aku bersihkan!”
“…”
“Astaga.. kenapa akhir-akhir ini kau sering mimisan? Apa ada yang salah dengan tubuhmu? Apa kau sakit?”
“Ha? Eh ehmm.. tidak, aku baik-baik saja. Mungkin hanya perasaanmu, tenanglah aku baik-baik saja. Sini, biar aku bersihkan sendiri.” Dia mengambil alih tissue yang ada di genggamanku.
“Tidak! Kau ada masalah, kan? Kau sakit apa? Katakana padaku!” aku mencoba serius untuk kali ini.
“Kenapa kau jadi over protective seperti ini? Aku bilang aku tidak apa-apa.”
            Bukan ini jawaban yang aku inginkan. Ku tarik tubuhnya mendekat. Kurengkuh tubuh itu dalam-dalam dalam dekapanku. Dia hanya diam.
“Sudah sekian lama kita bersama, aku tak ingin ada sesuatu yang disembunyikan antara kita. Kali ini aku percaya padamu, tapi lain kali cobalah untuk lebih terbuka tentang perasaan atau keadaanmu, aku sangat menyayangimu.. sungguh!” jelasku di sela-sela pelukan kami.
“Hufft~ baiklah..” katanya setelah mencoba melepaskan diri dariku.
I’ll keep your promise.” Dia hanya mengangguk meng-iyakan.
            Begitulah ulang tahunku tahun ini, ulang tahun ke-4 ku bersama Go HyeNa. Cukup lama sudah kami bersama dan melantiknya sebagai yeoja-chingu ku. Aku yakin bahwa dia memang gadis yang tepat yang telah dikirimkan Tuhan kepadaku.
***
@Tuesday, 2013 February 5th
10.35 AM  KST
<gamevil_gyu>: Hai!! Kau ada acara malam ini?
<bubble_bi>    : Tidak, wae?
<gamevil_gyu>: Mau ke MoBit bersamaku?
<bubble_bi>    : Tentu saja, sudah lama aku tak berkunjung ke sana. Aku merindukan pelayan kasirnya. :^)
<gamevil_gyu>: Heeyyy!!! Mana boleh kau berbicara seperti itu?? >< YOU’RE MINE!! Kau harus menutup mata untuk laki-laki lain!!
<bubble_bi>    : Kau marah?
<gamevil_gyu>: Menurut mu?
<bubble_bi>    : Mian~ lagian Yesung Oppa kan Hyung mu. Mana bisa kau cemburu dengannya?? Kau takut aku akan jatuh cinta kepadanya?? >
<gamevil_gyu>: Hyung pun bisa jadi sainganku!
<bubble_bi>    : Hahha.. kau¨¨ SANGAT BERLEBIHAN, 조규현!!!! ( ̄▽ ̄;;)
***
@Mouse and Rabbit Café
07.18 PM KST
“Heyy!! Evil!! Sampai kapan kau akan terus diam di sana tanpa memesan satu makanan pun?? Kau pikir ini penginapan? Kau tidak lihat banyak pengunjung hari ini, hahh?? Apa kau tidak ingin sedikit membantu kami menyiapkan pesanan?” teriak suara bariton itu dari balik meja kasir.
“Hyakk!! Hyung~ kali ini aku di sini berperan sebagai P.E.N.G.U.N.J.U.N.G!! jadi perlakukanlah aku layaknya pengunjung lain!!”
“Baiklah kalau itu maumu, TUAN EVIL.. di mana tuan putri? Aku tidak melihatnya, kau tidak mengajaknya?” Yesung hyung tampak berjalan mendekat ke arah mejaku dan duduk di sebelah kananku, mengapitku di antara tubuhnya dan jendela kaca besar yang menyuguhkan keindahan kota Seoul malam hari.
“Sudah 18 menit sejak jadwal seharusnya kita bertemu. Tapi dia tak juga tampak di sini.”
“Sudah mencoba menghubunginya?”
“Sudah.. tapi tak ada jawaban. Aku khawatir..”
“Sudah saatnya kau belajar sedikit lebih mempercayainya, toh dia sendiri tak akan berpindah ke lain hati.”
“Aku tahu itu, tapi bukan itu yang ku maksud.”
“Lantas?”
“Aku merasa bahwa telah terjadi sesuatu kepadanya, belakangan ini kondisinya tampak buruk. Makanya aku menyempatkan diri di sela-sela padatnya kegiatan Super Junior untuk mengajaknya jalan-jalan ke sini.”
“Hmmm.. semoga tidak ada hal buruk terjadi kepadanya.” Kata Yesung hyung sambil menepuk-nepuk pundakku sebelum akhirnya ia bangkit dan kembali ke tempatnya.
“Ku harap juga seperti itu.”
            18 menit, 20 menit, 30 menit, hingga 2 jam berlalu HyeNa tak kunjung datang. Lengkap sudah penantianku, hari ini memang hari yang sial! Menunggu berjam-jam hanya ditemani secangkir cappuccino hangat sambil memandangi setiap orang yang lalu-lalang, ini¨¨ akkhh!!! HyeNa, kau benar-benar membuatku khawatir!! Hingga akhirnya ku lihat jam tanganku, sudah menunjuk pukul 10 rupanya. Terpaksa ini harus ku akhiri.
Hyung!! Aku pulang dulu!”
“Tidak menunggu beberapa saat lagi?”
“Kurasa cukup, ini sudah malam. Sampai jumpa di dorm, Hyung!!”
“Oke! Hati-hati di jalan! Aku akan segera menyusul!”
***
@Wednesday, 2013 February 6th
Aku bergegas menuju rumah HyeNa setelah kehilangan koneksi dengannya sejak kejadian kemarin. Bukan marah atau apa, tapi lebih kepada “perasaan khawatir yang berlebihan”.
Setelah menekan tombol bel beberapa kali, akhirnya keluarlah seorang wanita paruh baya yang merupakan seorang pembantu di rumahnya membukakan pintu.
Annyeong.. permisi Ahjjuma, aku ingin bertemu dengan HyeNa. Apa dia ada di rumah?”
“Mau bertemu dengan nona? Lohh,, Memangnya tuan belum diberi tahu?”
“Apa?” ini benar-benar membuatku bingung. Apa? Ada apa? Aku tak tahu permasalahan apa yang sedang terjadi di sini.
***
Ku injak pedal gas mobil kuat-kuat hingga kecepatan mobil Hyundai NF Sonanta ini nyaris menyentuh angka 100km/jam. Tak peduli apapun yang ada di depan, kini fikiranku hanya tertuju pada gadis yang amat ku cintai.
Aku berlari sekuat tenaga melintasi lorong-lorong panjang Rumah Sakit itu. Aroma alcohol menyeruak dimana-mana.
“Nona ditemukan tergeletak di bathtub tak sadarkan diri dengan mengeluarkan banyak darah mengalir di hidungnya. Tuan dan Nyonya segera membawanya ke Rumah Sakit kemarin sore. Sampai sekarang belum ada kabar, saya sangat khawatir.”
Kata-kata Ahjjuma terngiang-ngiang di fikiranku saat ini. Hanya berbekal alamat rumah sakit dan ruang di mana HyeNa di rawat. Aku berharap besar tentang ini. Aku hanya berdo’a semoga HyeNa baik-baik saja.
“Hossh~ hossh~ Annyeong Ajjushi, Ahjjuma! Bagaimana keadaan HyeNa? Dia baik-baik saja, kan?” tanyaku kepada eomma dan appa HyeNa yang sedang duduk gelisah ditempat duduk tepian lorong depan ruangan HyeNa dirawat.
“Belum ada kepastian, Kyuhyun-a~. Dia mengalami koma dan belum sadarkan diri hingga saat ini.” Appa HyeNa angkat bicara.
“Apa yang sebenarnya terjadi dengannya? Bagaimana bisa jadi separah ini?”
“Menurut diagnosa dokter, HyeNa divonis mengidap kanker otak stadium menengah. Kami tak tau lagi harus bagaimana.”
“K-kanker??”
“Kyuhyun-a~, Ahjjuma minta tolong lindungi HyeNa, jaga HyeNa baik-baik. Berilah kenangan yang terbaik di akhir hidupnya.” Kali ini ahjjuma angkat bicara.
Entah kenapa, kaki ini menjadi begitu lemah. Tanganku gemetar memandangi sosok gadis yang ku cintai terbaring lemah tak berdaya dari balik kaca buram ruangan ini. Menahan sakit di tubuhnya.
“Apakah saya boleh masuk?”
“Silahkan, kami sengaja menunggumu di sini.”
Ajjushi dan Ahjjuma tidak ikut?”
“Tidak, kami akan menemui dokter untuk berkonsultasi. Tolong temani dia.”
“Baiklah..”
Aku memasuki ruang ICU. Berjalan pelan kearah HyeNa. Tampak gadis itu menderita di balik selang-selang yang menancap di beberapa bagian tubuhnya. Entah karena apa banyak peluh bercucuran di sekitar keningnya. Ku rasa dia sedang berjuang melawan maut di sana. Aku berlutut, ku pegang tangannya, hangat. Air mataku mulai menetes. Memandangi separuh wajahnya yang tertutup masker oksigen, dalam keadaan seperti ini dia masih terlihat cantik.
Oh Tuhan, tidak bisakah Engkau menukar penderitaannya denganku? Aku tak tega melihatnya seperti ini.
Bayangan akan kecelakaan di tahun 2007 lalu kembali hinggap di memoriku, di mana aku juga mengalami koma seperti ini.
Ahh~ HyeNa.. kenapa kau juga harus merasakan koma seperti halnya diriku?? Aku tahu kau gadis yang kuat, jadi bertahanlah, kumohon.. Aku sungguh mencintaimu. Kau dengar? Aku sungguh mencintaimu, Na-ya!!
“Na-ya! Kau tidak menepati janjimu! Kau tahu? Berjam-jam aku menunggumu, menanti kedatanganmu. Tapi kau tidak datang? Rupanya kau tahu aku akan marah padamu, dan.. untuk menghindari itu kau pura-pura tak berdaya seperti ini, kan? Aku tahu rencanamu, jadi.. sekarang tolong bangunlah.. aku berjanji tak akan memarahimu, sungguh..”
Air mataku kembali mengalir, membasahi sebagian sprei di bawahnya. Tanganku terus saja menggenggam erat tangannya. Aku mendongak, menahan semuanya. Aku sadar, jika aku tidak boleh terlihat lemah di hadapannya. Ku rasa dia akan kecewa jika mengetahui ini terjadi. Kuhapus air mataku segera.
“Na-ya! Kau mau mendengar lelucon? Aku punya banyak lelucon lucu dari Shindong hyung. Jika kau mendengarnya, kau pasti akan tertawa hingga kehabisan air mata. Hahha.. itu berarti kau tak akan membutuhkan air mata lagi, karena semua kesedihanmu akan luntur dan larut bersama tawa dan air mata kebahagiaan.” Aku tersenyum miris mencerna setiap kata yang baru saja kuucapkan.
“Baiklah.. aku mulai. Dengarkan baik-baik, oke? ¨¨¨ .”
Seperti itulah, banyak sekali cerita lelucon yang aku ceritakan saat itu. Banyak.. aku sendiri tak tahu persis sampai kapan mulutku ini berhenti bercerita hal-hal bodoh seperti itu. Aku bahkan mengingat saat-saat di mana tawaku lepas memecah keheningan ruangan itu, sendiri. Hanya berharap dia akan lebih tenang dalam usahanya meloloskan diri dari maut. Merasa lelah, aku pun tak sadar telah tertidur dengan kepala bersandar pada tempat tidurnya. Hingga pagi..
***
@Thursday, 2013 February 7th
“Huammh..” aku menguap sekaligus menggeliat dalam posisiku, merenggangkan setiap otot-ototku. Belum tersadar sepenuhnya akan panggilan dari seseorang.
“Kyuhyuh-a~, apa itu kau? Kau sudah bangun?”
“Hemm?” jawabku belum juga menyadari hingga ku usap-usap mataku dan berusaha mencerna suara yang baru saja ku dengar. Aku tertegun dan segera mendongak menatap asal suara tersebut.
“Hm?? Na-ya! Kau sudah siuman? Benar kau sudah siuman??” seketika aku meloncat dari posisi awalku kearah HyeNa. Aku dapat melihatnya tersenyum tipis dari balik masker oksigen itu.
“Bagaimana keadaanmu?? Apakah ada yang sakit? Tanganmu? Apa selang ini menyakitimu? Ataukah.. kepalamu? Bagian mana yang sakit?? Ayo katakan..” ku berondongi dia dengan berbagai pertanyaan ku. Aku sangat khawatir tentangnya.
“Tidak, aku baik-baik saja.” Lagi-lagi dia masih dapat tersenyum dalam keadaan seperti ini. Aku tersenyum miris sambil membelai lembut rambutnya.
***
“Na-ya! Kau sudah siuman, nak?? Terimakasih, Tuhan.. akhirnya Kau mengabulkan do’a kami.” Eomma HyeNa terkejut saat memasuki ruangan pagi ini.
Eomma~ aku ingin jalan-jalan, berlama-lama dalam ruangan ini membuatku sangat tersiksa, aku ingin menghirup udara segar.”
“Tapi..”
“Ayolah eomma~ eomma mau anak eomma ini mati tersiksa karena berlama-lama disini?”
“Apa yang kau katakan? Itu tidak boleh terjadi. Kyuhyun-a~ tolong temani HyeNa jalan-jalan. Tapi ingat, jangan terlalu jauh dari wilayah ini.”
“Dengan senang hati, Ahjumma~”
***
1 Month Later…
@Sunday, 2013 March 17th
07.30 AM KST
“Buka mulutmu!”
“Tidak!”
“Ayo buka! Kalau kau tidak mau makan kapan kau akan sembuh?”
“… Kau yakin aku akan sembuh?”
“Tentu saja kau akan sembuh. Setelah kau sembuh, kita akan menikah.”
“Kau bohong!”
“Mana mungkin seperti itu? Aku tidak bohong. Ayo makan! Semakin lama kau menunda untuk makan ini, semakin lama pula kau menunda pernikahan kita.” Aku menyuapkan sesendok bubur oat ke mulutnya.
“… Cho Kyuhyun-a~”
“Apa?”
Aku sungguh mencintaimu, Kyuhyun-a~
“Ahh!! tidak..”
“Kau ini!!”
***
Entah mengapa aku ingin sekali membelikannya bunga. Setahuku, aroma bunga akan membawa ketenangan. Aku bukan tipe namja romantis, jadi pilihan untuk tipe bunga kuserahkan kepada pemilik toko, kebetulan sekali aku kenal dengan seorang pemilik toko bunga karena dulu Eomma sering menyuruhku mengambil pesanan buket-buket bunga untuk berbagai acara perayaan perusahaan yang dipimpin Appa. Malam ini juga aku memesan satu buket bunga. Tak perlu di-order karena besok aku sendiri yang akan mengambilnya saat berangkat ke Rumah Sakit.
Sampai jumpa besok, Na-ya! Berharap pagi akan cepat datang..
*** 

@Monday, 2013 March 18th
08.30 AM KST
Dengan langkah mantap kutenteng buket bunga lily putih ini dengan perasaan sangat bahagia. Beberapa langkah lagi aku akan tiba di ruang HyeNa dirawat. Mengatur nafas dan segera ku buka pintu ruang ICU itu.
“Na-ya! Aku bawakan sesuatu untuk...” aku melihat pemandangan berbeda kali ini.
“...mu” benar-benar berbeda. Dimana HyeNa? Kemana dia? Ruangannya kosong tidak ada tanda-tanda HyeNa ataupun orangtuanya di sana. Hanya ada seorang suster sedang merapikan seprei yang tak digunakan.
“Permisi, suster. HyeNa ah! Maksudku pasien yang sebelumnya menempati ruangan ini, Anda tau dimana?”
“Ahh! Maksud Anda nona Go HyeNa?”
“H’mm.”
“Dia sudah meninggalkan Rumah Sakit ini tadi malam,Tuan.”
“Meninggalkan?”
“Oiya, saya temukan amplop ini di atas meja obat itu. Saya rasa ini ditujukan untuk Anda.”
Kuletakkan buket lyli itu diatas meja dan kuterima selembar amplop yang dia maksud.
“Terimakasih, Suster.” Aku berjalan gontai meninggalkan ruangan itu dengan amplop berwarna soft-blue di tangan.
“Tapi, Tuan. Bunga ini?”
“Ambil saja.”
Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa dia tidak membicarakan ini sebelumnya? Setidaknya jika aku tahu lebih awal, aku tak akan merasa dicampakan seperti ini. Aisshh!! Sial!
***
-tbc-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar