Minggu, 18 Januari 2015

SUNGAI HAN JADI TEMPAT YANG INDAH UNTUK BUNUH DIRI?

Seperti yang kita tahu, selain terkenal dengan KPOP, operasi plastik, dan Brand terkenalnya, Korea Selatan juga terkenal dengan tinggnya angka bunuh diri yang dilakukan oleh warganya.
Tidak kah kalian berfikir, di negara semaju Korea mengapa banyak sekali warganya yang rela mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri? Padahal jika kita cermati perekonomian rakyat Korea sudah bisa dibilang lebih dari cukup dibanding negara-negara lain di Asia.
Mau tahu alasannya? Let's check it out..

***


BANYAK puja-puji yang diungkapkan lewat lagu untuk sebuah sungai. Sebut di antaranya Bengawan Solo, Sebiduk di Sungai Musi, Di Tepinya Sungai Serayu, dan seterusnya. Bangsa Korea pun memuja sungainya lewat tembang ”Sungai Han di Waktu Malam.”
Sungai Han merupakan sungai terpanjang di Korea. Bangsa Korea menyebutnya Hangaram. ”Han” berarti panjang dan lebar, sedangkan ”garam” bermakna sungai.
Memang, jika dibentang dari muaranya dari puncak Gunung Yudo di Yongjung-ri, Propinsi Gyeonggi, hingga hilirnya di Seoul, panjang Sungai Han mencapai 650 km lebih.


Kota Seoul dibelah oleh Sungai Han yang lebarnya mencapai 2 km. Di kota dengan penduduk lebih dari sembilan juta jiwa ini terdapat 29 jembatan yang menghubungkan satu sisi bantaran dan sisi bantaran Sungai Han seberangnya.
Duapuluh satu di antaranya adalah jembatan untuk kendaraan mobil, dan delapan jembatan lainnya untuk kereta api.
Sebagai angkutan publik, kereta api kurang menjadi andalan di Korsel, tentu bila bandingannya Jepang. Sekitar 90 persen armada angkutan publik berupa mobil. Tentu, hampir 100 persennya bermerk Daewoo, Hyundai, dan KIA.
Ini indikasi dari tinggginya nasionalisme bangsa Korsel yang merengkuh kemerdekaannya pada 15 Agustus 1945 dari jajahan Jepang.


Sungai Han memang terlihat cantik dan indah di waktu malam. Permukaan air sungainya membiaskan warna keperakan efek dari pantulan cahaya listrik yang terang-benderang menyirami kota Seoul.
Namun di bawah permukaannya, sesungguhnya Sungai Han mengalirkan arus deras. Inilah yang memunculkan kisah kelam dari wajah cantik Sungai Han.
Konon, setiap bulannya ada puluhan orang Korea yang nyemplung ke Sungai Han, hanyut ditelan ganasnya arus sungai, untuk bunuhdiri.
Angka bunuhdiri di Korsel memang tergolong sangat tinggi. Puluhan selebriti Korsel bunuh diri karena berbagai alasan namun sebagian besar karena depresi.

Di antaranya, artis sekaligus model Lee Eun-joo. Ia bunuh diri setelah malu karena melakukan adegan telanjang di film “The Scarlet Letter.”
Sementara Lee Hye-ryeon (Heo Yoon) ditemukan gantung diri di kediamanannya di Seogu, Incheon, Korsel, karena mengalami depresi berat yang berhubungan dengan masalah ketenarannya ditambah dengan setumpuk masalah pribadi lainnya.
Sedangkan Song Ji-seon presenter televisi sebelumnya meninggalkan pesan singkat di Twitter tentang rencana sang artis cantik ini untuk bunuh diri. Tepat 23 Mei 2011 ternyata sang artis benar-benar melakukannya dengan cara melompat dari jendela apartemennya di lantai 19.
***
 

DEPRESI memang menjadi penyebab utama bunuh diri di Korsel. Bagi rakyat kebanyakan, penyebab utama bunuh diri adalah himpitan masalah sosial-ekonomi.
Negeri dengan penduduk sekitar 48.4 juta jiwa ini memang masuk ke dalam jajaran empat Macan Asia Timur. Kesuksesan ekonomi Korsel itu digapai pada tahun 1980-an ketika PDB mencapai 230 miliar dolar AS.
Jumlah ini kira-kira 20 kali lipat dari Korea Utara dan sama dan sejajar dengan negara-negara di Uni Eropa. Dunia menamakan keberhasilan ekonomi Korsel ini dengan sebutan “Keajaiban di Sungai Han.”


Korsel yang berubah wajah menjadi negeri kapitalis tak lepas dari kepemimpian Presiden Park Chung-hee (1961-1979) yang sangat militeristik. Namun, Chung-hee sering dituding sebagai “ibu kandung” atas lahirnya para chaebol (konglomerat).
Di antara para chaebol yang hinggi kini berjaya dengan bendera konglomerasinya, misalnya: Samsung Electronics, LG Electronics, Hyundai Motor Company, POSCO, KB Financial Group, Shinhan Financial Group, dan Samsung Life Insurance.
Hampir seluruh sendi kehidupan orang Korsel sangat tergantung pada asuransi. Tanpa asuransi, celakalah dia. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang pesat juga memacu bangsa Korea untuk bekerja keras. Kebutuhan akan modal usaha menjadi tak terelakkan.
Para konglomerat finansial dan bankir terus memacu penduduk untuk tergantung hidupnya pada pinjaman. Sementara itu orang tidak bisa menabung di bank karena tabungan deposito tidak diberi bunga sema sekali.
Sebaliknya bila ada yang mau menabung maka dikenakan pajak yang tinggi.
Hubungan bank, lembaga finansial dengan nasabah, dijalankan secara efisien dan praktis. Semua urusan dikerjakan lewat email, sehingga tidak ada antrean nasabah. Tidak seperti di Indonesia dimana bank dan lembaga finansial disimbolkan dengan gedung megah menjulang tinggi mencakar langit, di Korsel kantor-kantor bank hanya berbentuk kios-kios kecil yang banyak tersebar dimana-mana hingga ke pelosok.

Krisis finansial yang melanda Asia tahun 1997 membuat Korsel limbung. Disusul kemudian krisis serupa yang melanda dunia sejak dua tahun lalu, membuat Korsel tersendat laju pertumbuhan ekonominnya turun 2 persen, meski dalam posisi tetap survive.
Efek sosial yang segera terjadi adalah melonjaknya kejahatan jenis white colar seperti kejahatan asuransi, dan tentu banyak pula yang pilih bunuh diri di Sungai Han.

Heem... Ternyata di balik keindahan sungai Han banyak masyarakat yang menggunakannya sebagai tempat bunh diri yang mereka anggap paling efektif.
Ternyata juga di balik ke-modernan masyarakat Korea kurang diimbangi dengan keimanan, alhasil mudah sekali depresi dan berujung bunuh diri.
Jadi, semodern apapun kita jangan sampai lalai ibadah, apalagi lupa kalo kita masih punya Tuhan yang enggak pernah tidur.
Sebesar apapun masalah kita, ingat! Allah kita jauh lebih besar :)
Semoga bermanfaat..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar